Buaya 3 Meter Ditemukan Mati, Kata Nelayan Pertanda Begini

    spot_img

    Baca juga

    Warga dan Pihak Sekolah Yayasan Yos Sudarso Ambil Kesepakatan Lewat Mediasi

    BATAM, POSMETRO.CO :  Cek cok sempat terjadi. Warga Kampung...

    Minggu Ini, Pengundian Final Season 4 di Grand Batam Mall

    BATAM, POSMETRO.CO : Pengundian Shop & di Win Grand...

    Kepala BP Batam: Industri Berkembang, Ekonomi Tumbuh, Batam Sejahtera

    BATAM, POSMETRO: Kepala Badan Pengusahaan Batam (BP Batam), Muhammad...

    SD Yos Sudarso III Diserang, Guru dan Kepsek Dikeroyok

    BATAM, POSMETRO: Sekolah Dasar Swasta Yos Sudarso III di...

    Triwulan I 2024, Jumlah Penumpang Kapal Pelabuhan Batam Capai 2 Juta Orang

    BATAM, POSMETRO: Sepanjang Triwulan I 2024, Badan Usaha Pelabuhan...
    spot_img

    Share

    Nelayan saat akan membuka tali yang menjerat badan buaya yang sudah mati. Foto: jho

    BATAM, POSMETRO.CO: Satu bangkai buaya yang cukup besar ditemukan nelayan yang hendak melaut. Buaya itu berukuran 3 meter dengan bobot diperkirakan 100 kilogram. Dengan penemuan tersebut, membuat nelayan semakin ketakutan.

    “Mungkin habitatnya terganggu karena adanya reklamasi lahan, akhirnya buaya itu berkeliaran dan terikat tali, sebab di badannya ada tali,” ucap Kervi, seorang warga di sana, Jumat (9/10).

    Kervi melanjutkan, penemuan bangkai buaya ini cukup mengganggu nelayan di sana, karena ketakutan nelayan seminggu tak melaut. Hal itu karena bangkai buaya dikerumuni buaya lainnya yang berukuran besar.

    “Kemarin itu, nelayan hanya membuka tali yang terlilit di badan buaya. Lalu, bangkainya di lepas karena memang di sekitaran bangkai buaya masih ada buaya lain yang ukurannya besar, kami pun takut melaut,” paparnya.

    Pria yang bekerja sebagai nelayan ini mengaku, jumlah buaya liar di dalam rawa cukup banyak. Bahkan setiap malam, buaya pasti menampakkan dirinya seolah berpesan untuk tidak mengganggu habitatnya.

    “Saya pernah liat buaya besar sekitar 6 meter sambil membuka lebar mulutnya. Ini pertanda bahwa satwa itu tak punya tempat tinggal hingga sembarang berjemur di tempat yang sering dilalui nelayan,” tuturnya.

    Kervi menerangkan, menebang bakau di sana harusnya dihentikan. Karena bakau merupakan tempat berlindung satwa liar.

    “Menurut saya, selagi habitanya tidak diganggu, maka buaya ini tidak bakal mengganggu nelayan, tapi jika sudah menampakkan diri, maka buaya itu sudah merasa terganggu,” paparnya lagi.

    Kedepannya, Kervi berharap agar pemerintah tetap memperhatikan habitat satwa liar yang ada di sana. Jika bakau terus menerus ditebang, maka satwa liar dikhawatirkan mendatangi permukiman warga.

    “Keberadaan satwa liar ini juga perlu dihargai. Sebab sebelum adanya permukiman ini, satwa tersebut sudah duluan ada,” tutupnya.(jho)